Penemuan Buaya Katak di Batang Lubuh


Anak Buaya Katak yang ditangkap warga Ngarai, Pasir Pengaraian
Sampah yang dibuang masyarakat ke sungai Batang Lubuh


Rokan Hulu, Pasir Pengaraian- Warga Kecamatan Rambah, Pasie Kota Baru dan Ngarai, Kabupaten Rokan Hulu heboh. Pasalnya, buaya dengan panjang lebih kurang 50 cm muncul di areal pemandian Batang Lubuh, mudik kampung Ngarai. Warga yang secara kebetulan mandi, menangkap anak buaya tersebut dan membawanya pulang. 


Menurut pengakuan warga setempat, kehadiran buaya itu bukanlah hal yang asing terlihat. Warga sering melihat buaya bermain-main di Batang Lubuh. Namun menurut mereka, setiap ada anak buaya, tentulah ada pula induknya. Warga mengkhawatirkan induk buaya akan bersikap buas dan memakan korban. Meskipun hingga sejauh ini belum pernah ditemui kejadian seperti itu. 

kekhawatiran warga tentu bukan tanpa sebab, karena akhir-akhir ini sungai Batang Lubuh mulai tercemar oleh sampah-sampah yang dibuang masyarakat secara merata ke sungai. Tentu ini akan mengganggu habitat kehidupan buaya. 

Dulu, buaya bukanlah hewan yang ditakuti oleh masyarakat sekitar Batang Lubuh. Karena buaya menjadi bagian kehidupan masyarakat sepanjang sungai. Sikap hormat masyarakat terutama Orang Melayu terhadap makhluk hidup menjadikan mereka bersahab dengan mahluk ini. Karena sikap hormat itu bahkan orang Melayu sepanjang aliran Batang Lubuh memberi panggilan Datuk kepada jenis buaya tertentu.
Buaya yang ditangkap warga Pasir Kota Baru, Pasir Pengaraian
" Buaya bukanlah hewan yang harus ditakuti, karena bagi pencari ikan, buaya bisa saja membantu mereka. Biasanya, orang dulu paling senang menangkap ikan jika ada buaya, karena di bawah perut buayalah banyak ikan bermain. Ketakutan kita pada buaya tersebab karena banyaknya dosa kita kepada alam", tutur Rizal salah satu warga Kampung Baru, Pasir Pengaraian.

Sama dengan pendapat Rizal, menurut Derichard H Putra, seorang Antropolog pada masa itu menjelaskan, “Bukan masalah ganggu-menggangu, tapi masalah stigma individu yang menganggap buaya itu buas menurut pikirannya. Sesungguhnya, alam bersahabat dengan manusia. Jika ketersediaan makanan bagi penghuninya cukup, tentulah buaya dapat menjadi sahabat manusia. Ia takkan menyerang manusia saat perutnya kenyang”
“Hal semacam inilah yang lazim itu. Hanya saja, kita tak pernah sadar terhadap kesalahan yang kita perbuat. Maka, perilaku buas itu dianggap sebagai hukum alam yang tepat. Sebenarnya, rasa ketakutan itu muncul dari dosa kita yang selama ini merusak harmonisasi alam itu” tambah pria penyuka warna hitam itu. Red;Ogun/negerirambah

Comments